yang udah baca

Rabu, 23 Juli 2008

Kenapa Harus Aku

Aku mulai bosan berdiri di batas antara rasa tak peduli dan rasa tak bernyali. Aku mulai enggan hanya menjadi seorang penakut yang pengecut. Aku selalu menjadi pecundang, berdiri di barisan orang-orang yang kalah, selalu merasa terhina dan teraniaya. Aku tak pernah merasakan hal lain kecuali indahnya terluka. Memang aku adalah lelaki sombong yang tak akan menundukan kepala meski jelas aku sudah kalah. Tapi aku juga hanya seorang manusia yang juga bisa merasakan sakitnya cinta. Entah sepertinya cinta dan segala keindahan yang menyertainya tak bisa menjamah aku. Entah itu memang takdir hidupku atau mungkin Tuhan yang masih belum memberi aku kesempatan. Sepertinya aku sudah mengerahkan segala yang aku punya hanya untuk mendapatkan wanita yang aku cinta. Dan entah kenapa itu semua tak cukup. Aku ingin seperti orang yang lain, yang bisa merasakan indahnya cinta. Tapi sepertinya itu mustahil, mencintai butuh keberanian, keberanian untuk berkorban, dan keberanian untuk melakukan yang terbaik bagi orang yang kita cintai. Dan aku, hanyalah seorang pengecut yang terlalu takut.
Entah sudah berapa kali aku jatuh cinta, dan entah sudah berapa kali pula aku terluka. Aku begitu mudah jatuh cinta, tapi aku juga begitu gampang terluka. Kali ini aku merasakan lagi jatuh cinta, tapi seperti yang sudah pernah terjadi aku masih tetap tidak berani. Aku takut menatap matanya, aku takut dia mampu membaca sinar cinta yang terlihat jelas di mata ku.Aku tidak berani untuk berbicara dengannya,aku takut mengucapkan kata yang bisa membuatnya tahu tentang rahasia cinta yang ada di dalam hati ku. Atau mungkin aku hanya takut terluka, lagi..
Aku tidak tahu bagaimana Tuhan menentukan takdir cintaku, tapi sepertinya aku memang ditakdirkan untuk menjadi orang yang terluka. Menjadi contoh dan pelajaran bagi orang lain yang tengah terlena dengan indahnya cinta, mengingatkan mereka bahwa setiap saat cinta bisa membuat mereka terluka, kecewa atau bahkan putus asa. Kenapa harus aku yang memiliki nasib seperti ini, kenapa harus aku yang selalu menjadi contoh tentang pahitnya cinta.
******
Dari jauh aku memandangnya, menatap tingkah dan lakunya, sesekali dia terlihat tersenyum ketika berbicara, senyum yang indah, senyum yang mungkin mampu meluluhkan hati setiap pria. Jilbab warna biru yang dia kenakan memang menyembunyikan kecantikan yang sebenarnya, tapi hal itu justru membuatnya lebih anggun mempesona. Dia mengalihkan pandangannya ke arah ku, aku langsung menundukkan kepala seperti orang yang sedang malu. Aku tidak mau dia tahu kalau aku sedang memandanginya, aku juga tidak mau dia tahu bahwa aku adalah pria yang mengaguminya. Dia berdiri, berjalan mendekat ke arah ku, aku semakin salah tingkah, tak tahu harus berbuat apa. Dia semakin dekat dan jantungku pun makin berdegup cepat. Dia berdiri tepat di sebelah ku, matanya menatap sebentar ke aku. Aku masih menunduk, seperti orang yang sedang sibuk dengan sesuatu. Dia tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan aku. Bagi sebagaian orang mungkin itu hanyalah kejadian biasa dalam hidup mereka, tapi bagi aku itu adalah kejadian yang membuat jantungku hampir copot.
Aku merasa begitu jauh dengan dirinya, seperti ada jurang rasa malu dan tembok rasa takut yang memisahkan kita. Aku tahu, aku tidak akan bisa mendapatkan cintanya jika aku hanya diam seperti ini. Aku juga tahu aku mampu untuk mencintainya , aku bukan lelaki sempurna, tapi aku tahu aku mampu menjadi kekasih setia, menjadi lelaki yang membuatnya bahagia. Aku hanya tidak tahu apa yang harus ku lakukan untuk menundukkan hatinya. Aku ingin sekali menyapa dirinya, mengatakan padanya bahwa selama ini aku adalah pria yang begitu mengaguminya, tapi aku tak dapat membayangkan betapa sakitnya hatiku jika dia mengabaikan aku begitu saja. Akan sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa mencintaiku dan hatiku yang sudah terlalu sering terluka mungkin tidak akan sanggup lagi.
Tanpa perkataan cinta adalah suatu yang hampa, tanpa perbuatan cinta adalah suatu yang sia-sia, dan tanpa keberanian serta kemauan cinta tak akan pernah nyata. Dan itu yang terjadi padaku sekarang, aku memiliki cinta, tapi aku tak mampu berkata. Aku tak tahu harus berbuat apa, dan aku tak memiliki keberanian ataupun kemauan. Cinta dalam hatiku hanya sesuatu yang hampa, sia-sia, dan tak akan pernah nyata.
*****

“ Hai Ragil” aku terkejut mendengar suara itu, aku tahu suara tersebut,suara terindah yang pernah ku dengar. Aku merasa bingung, senang, heran,takut dan perasaan lain dalam satu waktu. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa tahu nama ku,tapi yang jelas saat ini dia menyebut namaku, menyebut nama ku dengan senyuman. Dan sekarang dia berjalan menghampiriku, seperti hari yang lalu, semakin dia mendekat, semakin cepat pula degup jantungku.
“ Haaai, kamu yang namanya Ragil kan?” dia bertanya, memastikan bahwa aku bukan orang yang salah.
“ I i i i ya be e e nar.kenapa?” aku benar-benar salah tingkah, bicaraku pun jadi terbata-bata.
“ Datang ya?!” dia berkata sambil menyerahkan sebuah kertas, bukan kertas biasa tapi sebuah undangan, dan bukan undangan biasa tapi sebuah undangan pernikahan.
Aku tak mampu menjawab, hanya bisa menganggukan kepala. Seolah takdir mempermainkan aku, aku harus terluka lagi. Mungkin sebaiknya aku tidak perlu jatuh cinta lagi. Mungkin lebih baik aku sendiri, memang aku tidak akan bisa merasakan bahagia atau indahnya cinta, tapi paling tidak dengan sendiri, aku juga tidak akan terluka lagi.
*****
Kata orang, rejeki, kematian dan jodoh sudah di tentukan oleh Tuhan. Tapi aku yakin sepiring nasi tidak akan datang dengan sendiri, rejeki tidak akan pernah datang jika kita tidak bekerja dan berusaha untuk mencarinya. Sebaliknya dengan kematian, apapun yang kita lakukan untuk menghindari kematian, pada akhirnya kita akan mati. Kematian akan tetap datang meski kita hanya duduk menunggu. Sedangkan jodoh, aku masih belum tahu apa aku harus berusaha keras untuk mencarinya, seperti halnya aku mencari rejeki. Atau aku hanya harus menunggu, seperti aku menunggu kematian.
Dan entah berapa harga yang harus ku bayar untuk merasakan indahnya cinta, tapi yang jelas rasa kecewa dan hati yang terluka belum cukup mahal untuk melunasinya. Bahkan mungkin kematian juga masih terlalu murah untuk membeli kebahagiaan yang selalu aku inginkan.
R.S Dewantoro
selanjutnya....

Minggu, 20 Juli 2008

Aku Tertawa Tapi Aku Tidak Bahagia

Aku tertawa kecil ketika mengingat kembali kenangan masa lalu, waktu dimana aku masih bekerja. Bekerja sebagai karyawan rendahan di sebuah perusahaan menengah. Aku membayangkan kembali wajah atasan ku yang sok galak dan pemarah. Atasan ku selalu saja mencari alasan-alasan untuk bisa memarahi aku, sepertinya memarahi aku adalah suatu kebutuhan baginya. Aku akui hal itu memang sangat menjengkelkan, selalu salah dan salah. Sepertinya semua hal yang aku kerjakan tidak ada yang benar, semuanya salah. Bahkan terlambat masuk kerja satu menit pun akan menyebabkan dia mengomel selama 60 menit lebih. Aku hanya tertawa kecil, membuat kemarahannya seperti tidak berarti dan itu membuatnya semakin marah.
Aku tertawa lagi ketika teringat teman-teman sekantorku dulu, mereka sering mengolok-olok aku. Menjadikan wajah culun ku sebagai bahan ejekan atau mentertawakan cara bicara ku yang agak gagap. Kata mereka wajahku culun seperti orang Down Syndrome (terbelakang mental), meskipun aku yakin kalau aku memiliki kemampuan berpikir sama dengan mereka atau bahkan mungkin lebih baik Mereka menganggap cara bicara mereka yang normal adalah suatu hal yang luar biasa, hal yang membuat aku terlihat lebih rendah. Aku tidak pernah marah atau melawan, aku hanya tertawa kecil mengahadapi semua itu, mentertawakan diriku sendiri.
Seringkali ketika aku pulang dari kantor, aku melihat kejadian yang menarik, salah satunya ketika aku melihat seorang pengendara sepeda pancal yang tertabrak mobil sedan mewah. Tubuhnya terpental ke udara, sepedanya hancur dilindas mobil. Dan aku tertawa melihat bagaimana sesosok tubuh manusia terpental ke udara, sungguh lucu seperti adegan dalam sebuah film kartun. Sayang orang itu bukan tokoh kartun, meskipun orang itu terpental ke udara dengan posisi yang lucu. Orang itu akhirnya mati juga.
Itulah aku orang yang selalu tertawa dalam menghadapi segala keadaan. Bagiku tertawa adalah senjata paling ampuh yang pernah aku miliki. Dengan tertawa aku bisa mengahadapi semua hinaan, cercaan, ketidakadilan serta semua keadaan yang tidak menyenangkan. Tertawa juga menjadi topeng dari wajah utama ku, tidak ada yang bisa menebak isi hati ku, dengan memakai topeng itu orang-orang tidak akan pernah tahu apa yang sedang aku rasakan atau hal yang sedang aku pikirkan. Dengan tertawa aku bisa mengendalikan emosi jiwa. Sedih ,senang, susah ataupun amarah dan juga semua jenis emosi jiwa bisa aku kendalikan hanya dengan tertawa. Aku menghibur diri sendiri dengan cara tertawa, mentertawakan semua hal yang buruk ataupun yang terburuk.
Aku bahkan tertawa ketika istri ku tercinta mengajukan gugatan cerai, dia beralasan bahwa hidup yang dijalani dengan aku sangat monoton, tidak ada riak, gelombang yang menantang. Tidak ada angin sejuk yang memanjakannya, semua berjalan biasa, semuanya berjalan normal dan membosankan. Ahhh tapi itu hanya alasan istri ku, aku tahu kalau sebenarnya dia berselingkuh dengan pria lain. Mungkin saja pria itu memang lebih baik dari aku. Dan mungkin saja aku yang selalu tertawa seperti ini, bukanlah pria terbaik untuknya. Aku menyetujui gugatan cerai istri ku. Aku hanya tertawa kecil melihat dia meninggalkan ruang sidang dengan pria selingkuhannya. Saat itu hati ku memang terasa sangat sakit, tapi apa yang bisa aku perbuat, aku hanya bisa tertawa dan tertawa. Aku tertawa tapi aku tidak bahagia.
Aku selalu tertawa, saat atasan ku memecat aku dengan alasan yang tidak begitu jelas, aku masih bisa tertawa. Membuat atasan ku terlihat seperti orang bodoh, aku tahu pasti dia memecat aku hanya karena alasan pribadi, mungkin dia hanya ingin melihat aku sedih dan hancur. Tapi aku tertawa, membuat semuanya terlihat tak bermakna.
Aku terkejut dengan suara pintu kamar ku yang terbuka. Dua orang, seorang wanita dan laki-laki yang berpakaian serba putih masuk ke dalam kamar ku. Mereka adalah dokter dan suster yang merawat aku. Mereka sungguh baik terhadap aku, tidak pernah marah ataupun menghina aku.
“ Bagaimana keadaanmu? Baik-baik saja kan?”
“ Tentu pak dokter, aku merasa sangat sehat.”
“ Bagus kalau begitu. Tapi jangan lupa minum obatnya ya!”
“ Ok!!”
Aku masih sempat tertawa melihat cara berjalan dokter itu. Lucu, cara berjalannya timpang ke kiri, sepertinya dia memiliki kaki yang panjang sebelah.
Aku melihat keluar melalui jendela, menatap sebuah tulisan dari besi yang terpasang di sebuah gerbang. Tulisan itu terlihat agak lucu, sepertinya tulisan itu kurang lengkap, hanya terbaca “ UMAH AKIT JIWA”, mungkin tulisan yang lengkap adalah “RUMAH SAKIT JIWA”, sepertinya memang begitu, aku sudah hampir dua tahun dirawat di tempat ini. Bagiku tempat ini cukup menyenangkan, karena tidak ada yang menghina aku dan tidak ada yang memarahi aku. Hampir semua teman ku di sini sama seperti aku, mereka suka tertawa tanpa alasan yang jelas. Kadang kami tertawa bersama tanpa tahu apa yang sedang ditertawakan. Kami memang gila tapi setidaknya kami bisa tertawa tanpa harus melukai perasaan orang lain.
Aku meminum obat yang diberikan dokter, sepertinya itu obat tidur. Mataku langsung mengantuk, aku membaringkan tubuh ku di atas kasur. Ketika aku hampir terlelap, aku kembali tertawa kecil. Aku tertawa mengingat bagaimana aku menguliti mayat istri dan atasan ku. Tanpa kulit, tubuh mereka tampak lucu, berwarna merah, merah seperti daging mentah yang dijual di pasar. Aku membunuh mereka dengan cara yang sangat gila, tapi itu tidak jadi masalah karena aku memang gila.
R.S. Dewantoro
selanjutnya....

Kamis, 10 Juli 2008

Di Batas Normal

Angin malam berhembus, membawa gelap dalam pelukannya. Berhembus kencang menyusupkan hawa dinginnya ke dalam sumsum tulangku. Angin malam yang belum berhenti berhembus menemani aku bergumul dengan kesepian. Kesepian yang datang karena rasa sakit hati yang begitu hebat. Aku membiarkan angin malam membuai tubuhku, menidurkan aku dalam kegelapan.
Aku terbangun dari tidur, tak ada lagi angin malam yang gelap dan dingin. Sekarang yang ada hanyalah sinar matahari yang terang dan hangat. Aku ingin seperti matahari yang mampu merubah angin malam yang gelap dan dingin menjadi pagi yang terang dan hangat. Aku ingin merubah rasa sakit hati ini menjadi sebuah cinta yang baru dan utuh.
Hari ini aku bertemu dengan seseorang, aku merasa ada sesuatu dalam dirinya, sesuatu yang membuat hatiku merasa tenang dan senang. Sesuatu yang belum sempat aku temukan dari wanita sebelumnya. Sebenarnya dia bukan orang baru dalam kehidupanku, aku sudah mengenalnya lebih dari dua tahun yang lalu. Dia adalah teman kuliahku, panggil saja dia Aan.
Dan seperti mendapat restu dari Sang Maha Pecinta, perasaan yang mulai tumbuh dalam diriku disambut hangat oleh Aan. Dia menunjukkan sikap yang membuat aku merasa sebagai seseorang yang layak untuk dicintai. Sunguh aku merasa seperti matahari.
Hari terus berlalu dan hubunganku dengan Aan semakin dekat. Aku merasa bahwa kami tidak akan terpisahkan untuk selamanya. Tapi sepreti pepatah yang mengatakan bahwa semakin tinggi sebuah pohon maka semakin kencang angin yang meniupnya, semakin dekat hubunganku dengan Aan semakin banyak pula orang-orang yang iri dan syirik terhadap kami berdua.
Begitu juga dengan orang tuaku yang entah darimana bisa mengetahui hubunganku dengan Aan.
“ Kata teman-teman kamu di kampus, kamu sekarang lagi dekat dengan Aan. Benar?” kata Ayahku mengawali pembicaraan.
Aku sempat bingung memikirkan jawaban yang harus aku katakan.
“ Iya memang benar, aku sekarang dekat dengan Aan. Memangnya kenapa?” jawabku
“ Tidak ada masalah jika kamu memang berteman dekat dengan dia!!.Tapi kamu harus hati-hati dia itu seorang......”
“ Aku tidak peduli dengan apa yang akan Ayah katakan, aku mencintainya !!!” aku berteriak keras, memotong pembicaraan Ayahku. Dengan hati yang penuh emosi, aku pergi meninggalkan rumah, pergi ke rumah kekasihku, meninggalkan ayahku yang terdiam, memandangku dengan penuh rasa tak percaya.
Hari ini aku pergi berdua bersama Aan melepaskan kerinduan yang begitu dalam. Sepanjang perjalanan aku terus menggandeng tangannya, dan sekali-kali dia menyandarkan kepalanya di pundakku. Untuk pertama kalinya sejak aku mencintai dia, aku mengajak dia pergi ke tempat umum, tempat di mana manusia normal bergaul, di TP. Tapi semua orang memberikan tatapan aneh saat melihat aku berjalan mesra bersama dia, mereka seperti melihat sebuah hal yang tidak biasa bahkan tidak nyata. Aku tidak peduli dengan semua orang, toh apa yang aneh dari sepasang orang yang jatuh cinta.
Ketika waktu berlalu, cintaku kepada Aan pun semakin tumbuh. Meski rasa cinta ini membuatku terusir dari rumah, aku tak peduli. Meski cinta ini membuat aku menjadi orang yang terkucilkan, aku juga tidak peduli. Selama aku mencintainya dan dia mencintaiku, apapun yang terjadi di dunia ini tak lagi berarti. Aku mencintai dia lebih dari cinta manusia normal yang ada di dunia ini. Cintaku melebihi batas normal.
Aku masih menunggu Aan selesai kuliah ketika aku berdiri di halaman kampusku. Menyandarkan tubuh penat ku ke sebuah pohon yang tegak. Aku melihat Sugeng datang menghampiri aku, Sugeng adalah satu-satunya teman yang tersisa, mungkin karena dia berpikiran terbuka serta memiliki cukup ilmu agama.
“ Hai lagi ngapain nih?” Sugeng menyapa aku dengan nada bersahabat
“ Biasa lagi nunggu Aan selesai kuliah” jawabku singkat
“ Kamu masih jalan bareng Aan?” kali ini nada bicara Sugeng sedikit berubah.
“ Iya emangnya kenapa??” aku menjawab dengan sedikit sengit.
“ Memang cinta adalah suatu yang buta, cinta bisa membuat kita terlena di dalam surga keindahan. Tapi cobalah untuk membuka mata, masih banyak wanita yang bisa memberikan cinta” Sugeng berlalu sambil meninggalkan aku.
Kata-kata Sugeng bermain di dalam pikiranku, mencoba menggoyahkan pilar-pilar cintaku. Tapi kata-kata Sugeng tak mampu berbuat banyak, kata-katanya hilang begitu aku melihat Aan berjalan mendekat ke arahku. Aku memberi kecupan kecil di dahinya. Menggenggam erat tangannya, berjalan menuju parkiran, di mana aku biasa memarkir motorku.
Hari ini aku berjanji untuk mengajak Aan keluar kota, menikmati malam bersama, jauh dari kota yang tak lagi ramah. Aku merasa ini adalah perjalanan paling indah yang pernah aku alami, perjalanan yang diiringi sejuta rasa cinta. Dari belakang jok motor, Aan memeluk mesra tubuhku, aku pun mencium punggung tangannya dengan penuh kehangatan. Sungguh indah.
Aku masih memegang tangan Aan ketika sebuah truk yang berada di depanku mengerem mendadak, membuyarkan kemesraan, mengganti keindahan cinta menjadi rasa takut akan kematian. Truk besar bermuatan semen itu kehilangan kendali. Semuanya terlambat. Aku tidak berhasil menghindar. Tubuhku tergeletak di aspal keras yang panas, tanpa rasa sakit. Aku menatap tubuh Aan yang tergeletak tak jauh dari tempatku berada. Aan menatap mataku memberikan senyuman yang terakhir. Aku mencoba bergerak menggapai tangannya, menggenggam erat tangannya agar dia tahu bahwa dia pergi dengan cinta. Mataku tak mampu lagi menatap, semua buram, sepertinya cahaya telah bercampur dengan kegelapan dari rasa takut akan kematian. Semua gelap. Sepertinya aku mati, tapi aku bangga mati bersama cinta. Bersama Andriyanto, seorang lelaki terindah yang pernah ada.

R.S Dewantoro
selanjutnya....

Kamis, 03 Juli 2008

cinta adalah energi

energi adalah kekal,tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, kita hanya bisa merubah bentuk energi ke energi yang lainnya. Setidaknya itu yang selama ini aku pelajari, ya energi memang kekal. Seperti pada mesin diesel, dimana terjadi pembakaran yang menghasilkan energi panas, torak yang ada merubah energi tersebut menjadi energi gerak, selanjutnya generator merubah energi gerak menjadi energi listrik. Sedangkan energi listrik sendiri bisa dirubah lagi menjadi bermacam energi. Sepintas terlihat bahwa sumber energi itu adalah solar sebagai bahan bakar, sepintas terlihat bahwa kita menciptakan energi dengan solar yang terdiri dari hidrokarbon sebagai sumbernya, tapi bukankah energi pembakaran yang dihasilkan itu adalah sebuah panas reaksi antara hidrokarbon dengan oksigen dari udara. Panas reaksi itu sendiri tercipta karena adanya selisih energi pembentukan dari masing-masing zat yang bereaksi. Energi pembentukan hidrokarbon sendiri bisa berasal dari proses/reaksi pembusukan dari sisa organisme atau mahkluk hidup,dan energi pembentukan oksigen bisa berasal dari proses fotosintesis tumbuhan. Memang jika terus merunutnya maka terlihat jelas bahwa semua itu hanyalah perubahan energi,kita tidak pernah dapat menciptakan atau memusnahkan energi, energi adalah kekal. Karena energi diciptakan oleh Sang Maha Kekal, hanya Tuhan yang bisa menciptakan dan memusnahkan energi.

Cinta adalah energi, energi positif yang ada di dalam diri kita. Seperti energi, kita juga tidak dapat menciptakan cinta, sebenarnya cinta adalah wujud perubahan dari energi positif yang lain, cinta bisa merupakan sebuah perubahan dari rasa sayang, rasa memiliki, persahabatan , kagum, atau mungkin perubahan dari belas kasihan.Ketika energi cinta berada di dalam diri kita, kita bisa merubahnya untuk menjadi sebuah energi yang mampu menjadikan kita untuk memberi dan saling berbagi. Kita bisa merubahnya menjadi sebuah energi untuk melakukan pengorbanan demi seseorang/sesuatu yang kita cintai. Energi cinta juga bisa membuat diri kita berubah, berubah menjadi orang yang lebih baik, berubah menjadi yang terbaik demi yang kita cintai.

Seperti torak yang mampu merubah energi pembakaran menjadi energi gerak, atau generator yang mampu merubah energi gerak menjadi energi listrik. Cinta membutuhkan kemauan, keberanian, keihklasan serta rasio pikiran. Kemauan merubah cinta menjadi perbuatan, sebuah tindakan nyata. Sedangkan dengan keberanian cinta akan menjadi sebuah pengorbanan, keberanian akan membuat kita mampu untuk mengambil segala resiko demi orang/sesuatu yang kita cintai. Tanpa kemauan dan keberanian, cinta hanya menjadi suatu perasaan yang terpendam, perasaan yang tak terungkap, menjadi sebuah hal yang tak pernah nyata. Keihklasan membuat cinta kita menjadi tulus, tanpa keihklasan kita tidak akan pernah mampu untuk memberi dan berbagi tanpa mengharapkan sesuatu yang lebih. Rasio pikiran adalah alat pengendali, mengendalikan segala tindakan dan perbuatan kita untuk tetap masuk akal.

Ketika cinta tersakiti, cinta tidak akan mati, seperti energi yang tak pernah musnah,cinta akan selalu ada. Energi positif cinta akan berubah menjadi energi negatif untuk membenci, menyakiti atau energi hanya untuk bersedih. Ketika kita kecewa cinta bisa berubah menjadi energi amarah yang luar biasa. Semakin besar energi cinta yang kita milikki, maka akan semakin luar biasa amarah yang ada. Tetapi betapa pun sakitnya hati kita, betapa pun kecewanya kita, cinta selalu ada di dalam hati kita, dan dengan sedikit kemauan, keihklasan serta keberanian untuk memaafkan cinta tidak akan berubah menjadi enegi negatif untuk menyakiti atau membenci atau menjadi amarah yang luar biasa, kita bisa merubah cinta menjadi persahabatan atau sebuah hal yang memberi kita pelajaran.

Bahkan ketika raga kita tak bernyawa, cinta juga tidak musnah. Cinta memberikan energi kepada orang yang kita tinggalkan untuk bersedih, untuk tetap menyimpan kenangan indah di dalam benak mereka. Memberikan energi kepada mereka untuk teap melanjutkan hidup, untuk menghadapi kenyataan. Cinta juga bisa memberikan semangat baru kepada orang yang kita tinggalkan, semangat untuk melanjutkan perjuangan yang kita lakukan, semangat untuk berbuat lebih baik daripada apa yang selama ini kita lakukan.Cinta tak akan musnah, karena sama seperti energi, cinta juga diciptakan oleh Sang Maha Kekal, hanya Tuhan yang mampu untuk menciptakan dan memusnahkan cinta.
R.S. Dewantoro
selanjutnya....